Jakarta - Sejumlah orang tua taruna Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) mengunjungi Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) pada Jumat, 17 Januari 2025, dalam rangka menindak lanjuti surat jawaban yang diterima terkait pemecatan enam taruna. Rombongan tersebut disambut dengan baik oleh Humas dan Koordinator Hukum BPSDMP. 18/01/25 

Kedatangan orang tua taruna ini bertujuan untuk menyampaikan keberatan mereka terhadap keputusan pemecatan yang dianggap tidak adil dan mengandung cacat hukum. Koordinator Hukum BPSDMP, Sapri, mengatakan bahwa dirinya mewakili Kepala Badan untuk mendengarkan aspirasi orangtua taruna. Ia juga menambahkan, jika memungkinkan, akan ada jadwal pertemuan lanjutan untuk membahas persoalan ini lebih lanjut, dengan syarat hanya orang tua langsung yang dapat hadir tanpa perwakilan atau kuasa hukum. 

"Saya berharap ada pertemuan untuk membahas masalah ini, dan kami akan menyampaikan apa yang menjadi aspirasi orangtua kepada atasan kami," ujar Sapri. 

Salah satu orang tua taruna yang mewakili lima orang tua lainnya, menyampaikan kekecewaannya terhadap tindakan Direktur STTD yang memecat anak-anak mereka tanpa pertimbangan yang jelas dan adil. Ia mengungkapkan adanya indikasi adanya sentimen pribadi dalam keputusan tersebut, serta berbagai kejanggalan yang terjadi. Diantaranya adalah sejumlah uang yang telah diminta, namun anak mereka tetap dipecat, sementara dua taruna senior yang terlibat dalam pemukulan terhadap korban tidak mendapatkan pemecatan. 

ia juga menceritakan peristiwa kekerasan yang terjadi pada 3 Desember 2024, di mana 12 taruna disekap di dalam ruangan tanpa penerangan oleh senior mereka. Ia merasa bahwa kejadian ini sengaja ditutupi oleh pihak STTD demi melindungi para pelaku. 

"Harapan kami adalah agar ada pertimbangan yang lebih adil, dan jika tidak memungkinkan untuk mengembalikan anak kami, maka kami berharap pemecatan juga harus diberlakukan kepada dua taruna senior yang terlibat, bahkan Direktur dan para pengasuh harus dipecat juga karena mereka melindungi kejadian tersebut," tegasnya. 

Sementara itu, Ketua Umum LMPPSDMI, J. Leonard Butarbutar, yang juga bertindak sebagai kuasa orangtua, menyampaikan harapannya agar BPSDMP dapat mendengarkan dan menindaklanjuti aspirasi tersebut. Ia menegaskan bahwa orang tua taruna masih mengedepankan komunikasi positif, namun jika tidak ada solusi, mereka tidak segan untuk melakukan aksi lebih lanjut, termasuk demonstrasi besar-besaran. 

"Jika tidak ada solusi yang adil, kami tidak akan tinggal diam. Kami akan memperjuangkan anak-anak kami sampai mereka mendapatkan keadilan," kata Leonard dengan tegas. 

Selain itu, LMPPSDMI dan Media Garda Tipikor News melakukan audiensi dengan pihak STTD yang diwakili oleh Doharman L. Tungkup. Dalam pertemuan tersebut, Leonard menyampaikan tujuan mereka untuk mencari solusi yang adil bagi anak-anak mereka. Doharman menyatakan bahwa ia akan meneruskan aspirasi orangtua tersebut kepada pihak Direktur STTD. 

Namun, pertemuan tersebut sempat memanas ketika Ketua Umum LMPPSDMI, Leonard Butar butar, berpapasan dengan Wakil Direktur 3, Yus Rizal. Terjadi adu mulut yang disaksikan oleh beberapa orang di lobi kantor STTD, di mana Yus Rizal mengancam untuk melakukan somasi terhadap Leonard. 

Leonard menanggapi dengan santai, "Jika dia merasa dirugikan, silakan lakukan somasi, buktikan bahwa dia tidak menerima uang tersebut," ujarnya. 

Persoalan ini semakin memanas, namun pihak orangtua taruna tetap berharap agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan adil. Mereka menegaskan bahwa mereka siap untuk memperjuangkan hak-hak anak-anak mereka, bahkan jika diperlukan tindakan tegas dalam rangka mendapatkan perhatian lebih besar dari masyarakat. (Polman Manalu)